(Semoga Masih Ada) Harapan untuk Jakarta

Dulu, saya pengin banget punya mobil sendiri. Kalau pergi naik taksi, rasanya sesak kalau harus mengeluarkan duit lebih dari Rp50 ribu. Apalagi rumah saya jauh. Kalau pulang-pergi naik taksi, kebayang kan beratnya? Kalau pergi naik ojek, rasanya sedih kalau tiba-tiba di tengah jalan turun hujan. Rasanya nelangsa banget. Kalau pergi naik angkot, rasanya emosi lantaran si sopir betah ngetem mencari penumpang.

Sekarang, setelah punya mobil sendiri, saya kok masih saja rajin naik kendaraan umum? Ya, kalau pergi bawa mobil sendiri, rasanya campur aduk. Mual, capek, emosi karena macet. Belum lagi rasa kuatirnya segudang. Teman-teman bisa lihat sendiri kan, bagaimana kondisi dalam kota Jakarta. Banyak pengemudi motor dan sopir angkot yang ugal-ugalan. Kalau punya kekuatan super untuk noyor orang lewat pikiran, mungkin hal itu sudah saya lakukan ke para pengemudi yang kurang ajar. Iya, karena mereka sudah menebarkan kegelisahan kepada para pengguna jalan raya lainnya.

Oh, jadi begini rasanya. Sekarang saya tahu alasan kenapa ayah saya masih rajin naik angkot ke mana-mana, meskipun beliau punya kendaraan sendiri. Iya, jalanan sekarang semakin ruwet. Dulu, saya suka sirik sama teman-teman perempuan yang sering diantar-jemput ayah mereka. Mau ke airport, bawa koper, diantar ayah. Pulangnya dijemput ayah. Ada lagi yang ayahnya mau menyempatkan menjemput anaknya di mal. Iiih, ayah saya mana pernah begitu.

“Pak, anterin ke Lebak Bulus dong. Aku mau ke airport naik Damri aja.”
“Kamu mendingan pesan taksi atau naik ojek aja, deh. Bawaannya juga nggak banyak, kan. Bapak nggak tahan sama macetnya itu, loh.”
Hahaha…

Dan rupanya, kebencian bermacet ria di jalan raya itu pun menurun pada anaknya. Tapi, benci ini makin menjadi karena jalan raya di Jakarta dan sekitarnya semakin parah. Jakarta sekarang macet, banget. Daerah-daerah sekitarnya juga macet, banget. Bagaimana 2—4 tahun mendatang, ya? Jakarta semoga nggak hopeless. Mudah-mudahan Gubernur DKI yang terpilih bisa bikin lalu-lintas Jakarta nggak ‘keriting’ lagi.

Wahai warga DKI, nyobloslah dengan bijak. Sebagai warga Tangerang Selatan, saya juga berharap banyak dari gubernur Jakarta yang baru.

(Semoga Masih Ada) Harapan untuk Jakarta by Restituta Arjanti is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.