Perbudakan rupanya telah mengubah ‘wajah’ mereka dengan tatanan yang lebih modern. Coklat? ya coklat yang Anda konsumsi mungkin saja ada jerih payah anak-anak di Pantai Gading, Afrika Barat, yang dipaksa bekerja berjam-jam untuk mengumpulkan biji kakao. Sering kali, mereka dipukul jika bekerja terlalu lambat atau tidak memenuhi kuota. Kebanyakan dari mereka ‘dijual’ dengan upah rendah dan terjebak dalam perbudakan [1].
Lalu, apakah perbudakan hanya ada di Pantai Gading dengan topik kakao saja?
Mari kita menilik Indonesia. Beberapa hari terakhir, saya membaca artikel yang ditulis oleh seorang ibu mengenai beasiswa yang diterima anaknya dari sebuah Yayasan. Pada tengah pendidikan, mereka dikejutkan dengan perjanjian baru dari pihak sekolah mengenai beasiswa yang diterima diubah menjadi pinjaman. Pinjaman yang dibayarkan ketika sang Anak telah memiliki penghasilan tetap (baca, mapan). Tentu saja, metode semacam ini berbeda dengan ikatan dinas, yang sudah pasti, pihak penyelenggara pendidikan memberikan pekerjaan tetap dan jaminan hari tua bagi lulusannya. Pendidikan dengan ikatan dinas sudah jelas memiliki timbal balik positif. Sedangkan, metode pinjaman yang tidak diumumkan ketika kali pertama penanda-tanganan persetujuan dilakukan adalah suatu kebijakan yang memberatkan masyarakat, terutama bagi penerima beasiswa.
Pendidikan adalah kebutuhan penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas hidupnya. Jika pendidikan saja sudah menjadi ‘lahan’ subur untuk tumbuhnya eksploitasi sumber daya manusia, apa lagi yang bisa dipercayai oleh publik? Sepatutnya, beasiswa adalah bantuan bagi masyarakat bertaraf penghasilan rendah untuk bisa mendapatkan pendidikan bukan menjadi semacam transaksi ‘jual-beli’ manusia untuk bisa dieksploitasi di masa mendatang. Saya sendiri, menentang tegas perbudakan modern semacam ini. Sepatutnya, masyarakat Indonesia merasakan kemerdekan yang sesungguhnya. Cara saya untuk bisa hidup merdeka, “berpikirlah bebas dari semua kelekatan, maka kita tidak akan berada di dalam sistem. Jauh lebih baik lagi, kita akan berada di atas sistem”. Seperti yang spirit Alm. Darmo Putra, “biar kecil, jadilah tuanmu sendiri dalam hidup ini”.
Mungkin, ada rekan-rekan yang ingin mengungkap topik terkait pendidikan, pertanian, perburuhan, dan lain-lain. Silahkan, mendaftar untuk menjadi penulis di INFO.or.id.
[1] http://news.bbc.co.uk/2/hi/africa/946952.stm
Dunia Tanpa Perbudakan by Bayu Alfian is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.