Menikmati Hanoi, Hoa Lu-Tam Coc, dan Ha Long Bay (Bagian 3)

Sabtu, 24 September 2011:

Kami bangun pukul 05.30 untuk melihat sunrise. Tapi sayang, sunrise-nya nggak terlihat karena (lagi-lagi) posisi kapal di balik batu besar. Setelah mengambil sedikit gambar, saya kembali tidur. Acara hari ini adalah kembali ke daratan. Tetapi sebelum itu, kami dibawa untuk naik sampan mengitari desa apung di Ha Long Bay. Acara ini nggak masuk dalam biaya tur. Jadi, kami masing-masing harus membayar USD5 untuk bisa berkeliling dengan sampan ini. Oya, acara bersampan di sini asyik, loh. Jadi memang perlu dicoba. 🙂

Setelah makan siang, kami kembali ke daratan, lalu menuju ke hotel. Hari ini, juga menyenangkan. Keberuntungan ketiga menghampiri kami. Karena toilet di kamar yang kami booking di Rising Dragon Hotel sedang bermasalah, dan nggak ada kamar lain yang kosong, akhirnya pihak hotel memindahkan kami ke hotel lain yang lebih mewah, yang masuk dalam jaringan usaha mereka. Kami dipindahkan ke Rising Dragon Palace. Rate yang dikenakan kepada kami juga sama, USD20 per malam. Hihihi…

Malam harinya, kami mampir ke kompleks perumahan mewah Ciputra yang ada di Hanoi. Si Ninun dimintai tolong oleh Bibinya untuk mengirim surat ke temannya yang tinggal di daerah elit ini. Wah, saya jadi tau perumahan yang dibangun Ciputra Group di Vietnam seperti apa. Megah banget… 😐

Malam ini, kami menjajal es krim lagi. Kali ini kami singgah di kafe kecil bernama Snow Ball yang terletak di Ly Thai To Street. Rupanya kafe ini semacam franchise dari Korea. Pernak-pernik dan interiornya lucu dan menarik.

Blue Bubble (Kem bong bong xanh) yang rasanya enak sekali.

Kami memesan kopi, es Blue Bubble (Kem bong bong xanh), dan strawberry waffle. Rasa kopi dan waffle-nya biasa, tetapi rasa Blue Bubble-nya enak sekali. Yummy! Jadi es krimnya itu dibekukan dengan teknologi yang sedemikian rupa sampai esnya bisa berbentuk gelembung-gelembung kecil yang terpisah. Enak… 😀

Hari ini, juga menyenangkan. Saya tidur dengan sangat nyenyak. :))

Minggu, 25 September 2011:

Ini hari terakhir kami di Hanoi. Besok pagi, kami harus berangkat pagi sekali ke airport karena kami memesan penerbangan pukul 09.30. Masih teringat-ingat mimpi ketinggalan pesawat, jadi kami nggak mau mengambil risiko berangkat terlalu mepet ke bandara.

Ho Chi Minh’s Mausoleum

Karena hari terakhir, jadwal kami cukup padat. Kami berkunjung ke Ho Chi Minh’s Complex untuk melihat Ho Chi Minh Museum, One Pillar Pagoda, dan Ho Chi Minh’s Mausoleum. Di museumnya, kita bisa melihat sejarah perang Vietnam.

Dari Ho Chi Minh’s Complex, kami bertemu dengan Tante Meity, kawan Bibinya Ninun. Tante Meity mengajak kami makan siang di Cha Ca La Vong. Restoran ini menyajikan hanya satu menu ikan. Pengunjung restoran harus memasak makanannya sendiri. Caranya, campur semua sayuran ke dalam penggorengan yang sudah berisi ikan dan minyak. Sepertinya sih, minyaknya itu berasal dari ikannya. Ikan yang sudah matang dan sayuran yang mulai layu lalu dimakan dengan mi beras. Jangan lupa ditambahkan kacang goreng, bumbu cabai, dan terasi khas Vietnam-nya. Rasanya, mantap! 😀

Kelar makan siang, kami diantar belanja ke toko langganan Tante Meity. Namanya Toko Mai-Van, di 48 Hang Gai Street. FYI, saya lebih merekomendasikan pasar malam untuk teman-teman yang mau repot. Tapi kalau mau belanja cepat dan nggak peduli harga, bolehlah belanja di sini.

Setelah itu, saya dan Ninun mampir ke St. Joseph Cathedral, sementara Tante Meity menunggu kami di kafe Highlands Coffee. Tadinya, saya pengin ikut misa di katedral ini. Tapi ternyata jadwalnya nggak pas. Jadi saya sekadar melihat-lihat katedral ini dari luar. Katedralnya megah, sayang pintu-pintunya ditutup sehingga saya nggak bisa masuk untuk berdoa di dalam barang sejenak.

FYI, Highlands Coffee adalah kafe yang paling terkenal di Vietnam. Bukan hanya di Hanoi, tapi juga di Ho Chi Minh City. Kalau di Indonesia, Highlands Coffee ini sudah seperti pom bensin Pertamina saja. Ada di setiap jarak beberapa meter. Kami minum ca phe sua da (es kopi khas Vietnam) di sini. Saya juga sempat membeli 2 bungkus trung nguyen coffee (kopi asli Vietnam) di kafe ini.

Kelar minum kopi di Highlands Coffee, kami berpisah dengan Tante Meity. Saya dan Ninun melanjutkan jalan-jalan di sekitar Hoan Kiem Lake. Kami masuk ke Ngoc Son Temple dan melewati jembatan merah yang kerap menjadi lokasi foto wisatawan di Hanoi. Lokasi di sekitar danai ini juga sering menjadi setting pre-wedding. Padahal, daerahnya bau pesing loh…

Apa saja yang nggak kami lakukan di Hanoi? Kami nggak nonton Water Puppet Show yang terkenal banget di Hanoi. Alasannya, referensinya nggak terlalu bagus, dan saya yakin pertunjukan ini pasti kalah oke daripada pertunjukan wayang Jawa. 🙂

Kami juga nggak masuk ke Hoa Lo (Hanoi Hilton) Prison, penjara tua yang menjadi tempat tawanan pilot-pilot AS yang tertangkap dalam perang Vietnam. Kami hanya melewati depan penjara itu. Saya nggak suka main ke tempat penyiksaan. Spooky. – -”

Malam harinya, kami makan di Tandoor lagi. Kasihan Ninun kurang gizi karena nggak bisa bebas makan. :)) Sehabis makan, kami mampir ke pasar malam untuk berbelanja sedikit suvenir lagi, lalu makan es lagi di Thuy Ta, sambil memotret lalu-lintas Hanoi yang semrawut dan suasana malam di sekitar Hoan Kiem Lake. Demikian.

Menikmati Hanoi, Hoa Lu-Tam Coc, dan Ha Long Bay (Bagian 3) by Restituta Arjanti is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.