Othok-othok di era Hot Wheels

Othok-othok merupakan sebuah permainan tradisional dari daerah Yogyakarta. bentuk permainan ini seperti sebuah kendaraan beroda dan terdapat sebuah tuas kayu untuk menggerakan roda tersebut. Terdapat juga sebuah kaleng yang di dekatnya ada sebatang kayu yang akan menabuh kaleng tersebut. Ketika roda bergerak, maka akan terdengar suara nyaring berbunyi ”tok..tok..tok”. Bahan-bahannya terlihat sangat sederhana, bahkan kita bisa menjumpainya setiap hari. Seperti kaleng yang merupakan bekas kaleng susu kental manis. Sampah ini diubah menjadi sebuah permainan yang menarik.

Namun, tidak begitu menarik bagi penggemar permainan mobil-mobil Hot Wheels. Bagaimana tidak! Hot Wheels sudah menjadi produk koleksi oleh anak-anak hingga orang dewasa. Bahkan ada lelang yang dilakukan oleh kolektor permainan ini melalui media sosial. Ketika masih kanak-kanak, saya mungkin tidak akan mengetahui bahwa sebuah sandal bekas bisa dijadikan permainan mobil sederhana jika ayah saya tidak mengajarkannya. Sekalipun demikian, saya selalu meminta dibelikan mobil-mobil Hot Wheels yang tampilannya lebih keren dan lebih jelas terlihat sebagai mobil.

Anak-anak memainkan Othok-othok dalam Festival Budaya Jogja (14/7)
Anak-anak memainkan Othok-othok dalam Festival Budaya Jogja (14/7)

Saya merasa bangga memiliki ayah yang selalu mengajarkan untuk berpikir kreatif. Seperti halnya saya bangga mengetahui di Indonesia begitu banyak kekayaan tradisional yang mengajarkan putra-putri bangsanya berpikir kreatif. Produk-produk kreatif seperti Othok-othok dijual seharga Rp. 1.000,- hingga Rp. 1.500,- per buah. Sedangkan, harga mobil-mobil Hot Wheels bisa 10 kali lipat harga Othok-othok. Bayangkan, seberapa mahal harga mobil Hot wheels edisi terbatas.

Mungkin kini merupakan era Hot Wheels, tapi tidak demikian bagi anak-anak di Yogyakarta yang masih memainkan Othok-othok. Bahkan, permainan ini menjadi sesi tersendiri dalam kirab Festival Budaya Jogja yang diadakan pada 11-14 Juli 2012 lalu. Dalam kirab tersebut, beberapa anak berkonvoi dengan memainkan Othok-othok. Jumlah anak yang memainkan cukup banyak, maka suara khas Othok-othok terdengar sangat nyaring. Padahal saat itu, pengunjung festival memadati sepanjang jalan Malioboro, Yogyakarta. Bisa saja suara khas Othok-othok tidak akan terdengar lagi, suatu saat nanti. Namun, bisa saja suara itu menjadi sangat eksklusif ketika Othok-othok menjadi benda koleksi sebagai satu warisan tradisi Indonesia.

Othok-othok di era Hot Wheels by Bayu Alfian is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.